Thursday, February 24, 2011

SEMINIT SAJA....IT TAKES ONLY A MINUTE....


This is a "forward" article. It is a gentle reminder to all of us which the writer adds humour, evolving our day to day living. So much so that we can take a good look in the mirror and laugh at ourselves.

I ought to thank the writer for his/her thoughts who had saved me a lot of time thinking to write such an article and therefore "SEMINIT SAJA" deserves everyone's attention.

BM - Bahasa Malaysia
E - English

QUOTE

BM: Betapa besarnya nilai wang kertas bernilai RM1 apabila dibawa ke masjid untuk disedekahkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

E: A donation of RM1 note to a mosque is of great value; but RM1 note has no value when we bring to a shopping Mall!

BM: Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas minit namun betapa singkatnya kalau kita melihat filem.

E: Prostrating to Allah for fifteen minutes seems a long time but watching a movie seems a shortwhile.

BM: Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengata atau mengumpat tanpa harus befikir panjang-panjang.

E: How difficult it is to say a prayer spontaneously saying the appropriate words but how easy it is to criticize or indulge in gossips without giving due consideration.

BM: Betapa asyiknya apabila pertandingan bola dipanjangkan waktu namun kita mengeluh seketika khutbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa.

E: How overwhelming it is to watch a football match given extra time but we complain when sermons in mosque take a longer time than as usual.

BM: Betapa sulitnya untuk membaca satu helai Al-Qur'an tetapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel atau majalah yang laris.

E: How difficult it is to recite one page from the Al-Qur'an but we can complete reading a 100 page bestselling novel or magazine.

BM: Betapa beria-ia orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konsert namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid.

E. How one loves to sit in the front row to watch a match or concert but one is comfortable to congregate in the last row during prayer in the Mosque.

BM: Betapa mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu berahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

E. How sinful one can be for 40 years due to lust and ego but find difficulty to control one's ego for a period of 30 days fasting.

BM: Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu solat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan

E: How hesitant one can be to organise one's 5 daily prayer time; but one can conveniently fix a time schedule even though one's favourite event comes in the last minute.

BM: Betapa sulitnya untuk mempelajari erti yang terkandung di dalam Al-Qur'an; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

E. How difficult it is to understand the contents, meaning in the Al-Qur'an; but how convenient it is to repeat the same topic of a gossip to others.

BM: Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh surat khabar; namun betapa kita meragui apa yang dikatakan oleh Kitab Suci Al-Qur'an.

E. How we believe what had been reported in the newspapers; but we are skeptical, uncertain what is said in the Al-Qur'an.

BM: Betapa takutnya kita apabila dipanggil Boss dan cepat-cepat menghadapnya; namun betapa kita berani dan lamanya untuk menghadapNya saat kumandang azan bergema.

E: How we fear to be summoned by Boss and immediately on our feet to face him; but how fearless we can be and dilly dally to face Allah when the call of prayer is announced.

BM: Betapa setiap orang ingin masuk syurga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berfikir, atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.

E: Everybody wishes to go to heaven effortlessly.

BM: Betapa kita dapat menyebarkan seribu kelucuan melalui e-mail, dan menyebarluaskan dengan FORWARD seperti api: namum kalau ada e-mail yang isinya tentang Allah betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan menyebarkannya serta terus klik pada icon

DELETE.

E. We are capable to transmit various emails and expand those emails like wildfire by "FORWARD"; emails pertaining to religious matters and in connection with Allah, often we are hesitant to open and disseminate information.

And immediately click the icon

DELETE.

ANDA TERTAWA.....? atau ANDA BERFIKIR-FIKIR...?

YOU LAUGH...? or ARE YOU DEEP IN THOUGHTS...?

UNQUOTE

As fellow Muslims we ought to remind one another and correct ourselves from wrong to right. The expression "MENJAGA TEPI KAIN ORANG" or ''MIND YOUR OWN BUSINESS" do not help us here and in the hereafter "akhirah". It is a wake-up call and when one repents to Allah, both individuals get the "pahala" blessings from Allah. On the other hand individualism has no role too. Human need to communicate with one another. There is no such thing as "you watch your grave and I watch mine". What happens if we both lie side by side in our graves!!!

'IF GOD IS WATCHING US, WE MIGHT AS WELL BE INTERESTING' - JURENI

JURENI'S FOUNTAIN OF KNOWLEDGE is linked to BANYUEMAS




Wednesday, February 16, 2011

TEASERS.....

Nothing can stop the man with the right mental attitude from achieving his goal: nothing on earth can help the man with the wrong mental attitude.

Thomas Jefferson




There is only one person who could ever make you happy, and that person is you

David Burns, Intimate Connections





Do not wait to strike till the iron is hot; but make it hot by striking

William B. Sprague

THE NOBLEST HUMAN BEING

Some salient features of the Messenger of Allah's character were contentment, optimism, and a generous heart. He was a bearer of glad tidings. He forbade people from extremes of austerity an asceticism, because these lead to repelling people from the truth. Hopelessness and failure were not in his dictionary. A smile was always on his face, and his heart was content. Furthermore, his commands were easy to follow, for his mission was to alleviate hardship and to remove the shackles of falsehood that hold people down.


Zayd ibn Thaabit (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Messenger of Allah (bpuh) say:

"Whoever's main concern in this world, Allah will scatter his affairs and afflict him with poverty between his eyes; moreover, nothing will come to him from this world except that which was written for him. And as for those who long for the Hereafter, Allah will unite (and make smooth) their affairs. He will instill richness into their hearts and the world wll come to them, though it might do so unwillingly."

'Abdullah ibn Mas'ood (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Messenger of Allah (bpuh) say:

"Whoever transforms all of his concerns into one concern only - concern for the Hereafter - Allah will satisfy his demands and needs in this life. As for he who devotes his concerns to worldly matters, Allah will not care in which valley he perishes."




AN IRON WILL

A student from a Muslim country went to London to study. He boarded with a British family in order to enhance his language skills. He was true to his religious principles and would wake up for the Morning Prayer early. He would make his ablution, go to his place of prayer, prostrate to his Lord, glorify Him, and praise Him. An old lady in the house was always keen to observe his foreign habits. She asked him after a few days, "What are you doing?" "My religion orders me to do this," was his reply. "Couldn't you delay saying this prayer until after you get complete rest?" He answered, "But my Lord does not accept from me my prayer if I delay it until after its fixed time period." She shook her head and exclaimed, "A will that shatters steel!"



Tuesday, February 15, 2011

AIR MATA DUKA

TANGISAN lazimnya berlaku mengiringi kesedihan, kepiluan dan penderitaan akibat daripada pelbagai tragedi yang memilukan dan menyayat hati. Tangisan merupakan pengalaman yang pasti dilalui oleh manusia, setikak-tidaknya ketika alam bayi dan kanak-kanak, lebih-lebih lagi kaum wanita. Duka dan gembira mereka sentiasa diiringi tangisan hingga mereka digelar makhluk air mata.

Tidak semua air mata yang tumpah mempunyai nilai di sisi Allah SWT kerana selain air mata duka, ada juga yang digelar air mata buaya. Malah ada juga air mata dipaksa mengalir untuk mendapat wang. Dia menangis bukan kerana sedih, tetapi kerana dunia lakonan yang palsu menghendaki mereka berbuat begitu.

Para penumpah air mata daripada golongan ini bukan sahaja tidak berharga di sisi Tuhan, malah boleh mendatangkan petaka di Akhirat. Mereka menggunakan air mata untuk tujuan berdusta, contohnya; air mata buaya adalah suatu tindakan untuk menarik simpati golongan tertentu supaya menyokong tindakan mereka yang negatif. Air mata golongan seniman juga adalah air mata palsu untuk tujuan wang dan glamor.

Apa yang hendak dibincangkan di sini ialah air mata yang mengalir kerana mencari keredaan Allah SWT. Air mata yang menitis pada malam hari ketika manusia sedang lena tidur. Inilah golongan yang memikirkan dirinya sebagai hamba Allah Taala yang berasa serba kurang dari segi ketaatannya kepada Allah SWT, berbanding dengan nikmat kurniaan yang diterimanya, selain berasa dosanya tidak terbilang, ibarat pasir di pantai. Hari demi hari kian bertambah dosa ini hingga tidak tertanggung, sedangkan umurnya kian berkurangan.

Hamba Allah yang sentiasa bermuhasabah diri, berasa kesuntukan masa untuk melakukan ketaatan terhadap Allah SWT. Malam baginya bukan untuk beristirehat sebagaimana orang lain, sebaliknya itulah ketika yang paling syahdu untuk beristighfar memohon keampunan dan bertaubat terhadap Allah SWT. Air mata terus mengalir kerana takut akan murka Tuhan, di dalam hatinya dipenuhi pertanyaan; adakah dirinya layak memasuki syurga Allah? Sedangkan dia amat sedar akan ketidakupayaannya untuk menghuni neraka yang dahsyat itu.

Justeru, air matanya terus mengalir pada malam yang hening mengenangkan keadaan dirinya. Dalam situasi yang serba lemah itu, dia menyerahkan dirinya kepada Allah SWT. Dengan linangan air mata, dia berharap agar dosanya diampunkan, dia tidak berasa kecewa dan putus asa daripada rahmat Allah SWT kerana Allah Taala Maha Penerima taubat hamba Nya.

Rasulullah SAW menyatakan bahawa di Akhirat kelak, antara golongan manusia yang mendapat perhatian Allah Taala ialah mereka yang menangis kerana Nya. Tuhan berseru: "Di manakah hamba-hamba-Ku yang menangis?" Lalu Tuhan memerintahkan para malaikatnya supaya membawa hamba-hamba-Nya yang menangis pada siang hari lebih-lebih lagi pada malam hari kerana mengenangkan dosa mereka.

Sebanyak mana air mata yang mengalir kerana takut akan kemurkaan Tuhan, maka akan ditimbang bersama-sama dengan darah para syuhada yang tumpah kerana memperjuangkan dan mempertahankan agama Allah SWT. Air mata itu juga akan timbang bersama-sama dengan dakwat para ulamak yang menulis berbagai-bagai kitab yang memperjelas hukum-hakam dan syariat AllahTaala supaya difahami dan diamalkan oleh manusia.

Begitu tinggi nilai air mata taubat itu, sama nilainya dengn darah syuhada yang tumpah sebagai wira Islam, yang sanggup mengorbankan jiwa demi agama Allah dan keredaan-Nya. Air mata taubat itu juga sama nilainya dengan dakwat pena para ulamak yang menghabiskan usianya untuk mengarang kitab-kitab yang menjadi pelita kepada umat, menerangi jalan hidup manusia untuk berbakti kepada Allah SWT.

Air mata bukan sahaja mengalir kerana takut akan azab Allah Taala, tetapi juga kerana tamak, tetapi bukan tamak akan harta, sebaliknya tamak untuk melakukan kebaikan. Tidak padan dengan kebaikan yang dikurniakan Allah SWT kepadanya jika dibandingkan dengan ketaatan yang dilakukannya terhadap Allah Taala selama ini.

Bukan saja kepapaan dan penderitaan menyebabkan orang menangis sedih, sebaliknya kekayaan dan kemewahan mengalirkan air mata orang yang insaf. Dia bimbang dengan ujian kesenangan. Sejarah umat yang terdahulu dan umat kini pun telah banyak dicatatkan bahawa kesenangan dan kemewahan telah menyebabkan manusia lupa kepada Tuhan.




Monday, February 14, 2011

ORANG YANG BERSELAWAT MENDAPAT SYAFAAT


IMAM At-Tarmizi meriwayatkan hadis daripada Abdullah bin Amru bin 'Ash RA yang berkata bahawa Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah SWT akan membawa seorang daripada umatku ke hadapan orang ramai di akhirat kelak untuk dibentangkan 99 sijil di hadapan mereka. Setiap keping sijil itu luasnya adalah sejauh mata memandang. Dalam setiap sijil itu ditulis segala amalannya. Kemudian Allah Taala bertanya kepada orang itu: "Adakah sesuatu catatan dalam sijil itu yang hendak kamu bantah? Adakah jurutulis (malaikat yang mencatat amal) telah menganiaya kamu? Adakah kamu berasa hendak meminta uzur (meminta maaf) daripada Aku? Jawab orang itu: Tidak wahai Tuhanku (tidak membantah dan tidak meminta uzur)".

"Tuhan berkata kepada orang itu: "Bahkan sesungguhnya Aku mendapati terdapat berapa kebaikan pada engkau, oleh itu pada hari ini aku sedikitpun tidak akan menzalimi engkau." Tuhan mengeluarkan selembar daripada sijil (catatan amal) orang itu, didapati di dalamnya mengandungi catatan kalimah: Asyhadu an-Lailaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluhu".

"Setelah itu Allah SWT memerintahkan orang itu supaya hadir ke tempat timbangan untuk menimbang selembar kertas yang mengandungi kalimah "Lailaha illallah" itu. Orang itu bertanya kepada Tuhan: Ya Rabbi, untuk tujuan apakah lembar ini? Jawab Tuhan: "Sesungguhnya engkau tidak akan dizalimi ataupun tidak menzalimi sesiapapun."

"Kemudian Allah Taala meletakkan lembar yang bertulis kalimah "La Ilaha Illallah" ke dalam satu daripada ceper (piring) timbangan Akhirat, sementara ceper timbangan yang di sebelahnya dipenuhkan dengan 99 lembaran sijil-sijil yang diberikan kepada orang itu. Apabila ditimbang, maka lembar yang mengandungi kalimah Syahadah itu lebih berat berbanding dengan 99 sijil yang mengandungi berbagai-bagai catatan amalan yang lain".

Melalui hadis riwayat At-Tirmizi itu, dapat difahami bahawa tidak ada amalan yang lebih berat dalam timbangan Akhirat selain amalan yang berasaskan kalimah La Ilaha Illallah. Ini kerana kalimah La Ilaha Illallah itu merupakan pati atau intisari kepada sekalian amalan.

Inilah yang dikatakan "paksi ibadat" dalam kehidupan orang-orang yang beriman, sama ada ibadat fardu seperti solat fardu, ataupun sedang lena tidur, ataupun ibadat dalam bentuk berjihad dengan harta benda, tenaga dan jiwa raga untuk menegakkan Islam, supaya Islam terlaksana di dalam negara. Berdakwah, mengajar atau mengadakan kuliah agama untuk menghapuskan kejahilan umat, kesemua itu tidak lain adalah semata-mata kerana tuntutan kalimah "Lailaha illallah".

Tidak mudah untuk seseorang bangun malam, untuk menunaikan solat tahajud. Begitu juga tidak mudah bagi seseorang hendak berjihad dengan mengorbankan harta kekayaan, menggunakan masa sepenuhnya untuk perjuangan menegakkan Islam di muka bumi ini, sehingga terkorban jiwa kalaulah tidak disebabkan keyakinan terhadap tuntutan kelimah"La Ilaha Illallah" itu.

Manusia tidak gerun dengan ancaman dan gertakan orang-orang yang membenci agama Allah, tidak menghiraukan rasa letih dan mengantuk untuk bangun malam menunaikan solat tahajud dan bermunajat kepada Allah SWT. Sesungguhnya tidak ada yang menggerunkan dan melemahkan semangat seseorang apabila mereka yakin terhadap tuntutan kalimah "La Ilaha Illallah".

Sikap, pendirian serta seluruh tindakan orang-orang Mukmin itu tidak lain kerana kehendak atau tuntutan kalimah "La Illaha Illallah". Justeru apabila ia ditimbang dalam timbangan Akhirat kelak, timbangannya lebih berat daripada catatan amalan yang lain.

Dalam sebuah hadis lain, Nabi SAW bersabda: "Apabila ringan timbangan kebajikan seorang Mukmin, maka ketika itu datanglah syafaat daripada Nabi SAW. Baginda akan mengeluarkan selambar kertas yang kecil selebar jari dan mencapakkannya ke dalam piring timbangan disebelah kanan, ketika itu akan beratlah timbangan kebajikan orang itu".

"Maka terkejut besarlah orang Mukmin ini apabila seseorang yang tidak dikenali mencampakkan secebis kertas itu sehingga menyebabkan berat timbangan kebajikannya. Amat besar rasa kesyukuran orang itu apabila timbangan kebajikan tiba-tiba menjadi berat".

"Setelah dia memuji-muji orang yang menyebabkan timbangan kebajikannya menjadi berat, lalu dia bertanya: Siapakah Tuan yang bermurah hati ini? Jawab orang itu: Sesungguhnya akulah Nabi Muhammad yang selalu engkau sebut-sebut dalam selawatmu dan juga dalam solatmu".

"Adapun kertas kecil yang aku letakkan ke dalam ceper timbangan ini ialah catatan selawat yang sering engkau selawatkan kepadaku. Sekarang aku mengenang balik segala selawat yang selalu engkau ucapkan kepadaku, dengan mengembalikan catatan selawat itu kepadamu ketika kamu sangat memerlukannya".

Justeru, orang Mukmin sewajarnya membanyakkan selawat ke atas Nabi SAW pada bila-bila masa dan di mana-mana sahaja, lebih lebih lagi pada hari Jumaat dan malamnya kerana fadilatnya lebih besar lagi. Amalan selawat ke atas Nabi SAW merupakan suatu amalan yang berat dalam timbangan Akhirat, hampir sama beratnya dengan amalan yang berasaskan tuntutan kalimah"La ilaha Illallah".

Sebuah hadis daripada Malik bin Anas dan Abdullah bin Umar berkata bahawa Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang menunaikan hajat saudaranya di dunia ini, nescaya aku akan berdiri dekat dengan tempat amalan dia ditimbang. Jika timbangan kebajikan lebih berat maka berbahagialah dia, tetapi jika timbangan kebajikan ringan nescaya aku memberikan syafaat kepadanya."

Tidak mudah untuk mendapatkan pertolongan ketika berada di Mahsyar. Susah-payah di dunia ini mungkin ramai orang yang boleh menolong tetapi jika kesusahan itu berlaku ketika amalan mereka ditimbang dan mendapati kebajikannya ringan ketika dalam timbangan, maka siapakah yang dapat menolong ketika itu jika tidak mendapat syafaat daripada Nabi SAW?




Sunday, February 13, 2011

FREEDOM....


Young Egyptians take photography of themselves standing in front of newly-painted murals on a street leading off Tahrir Square in downtown Cairo, Egypt - end of Hosni Mubarak 30-year rule.